Melihat Taman Ekoriparian di Kampus Umri dan Unilak, Ketika Alam Membersihkan Diri dengan Caranya Sendiri

PEKANBARU-Oketime.com – Mungkin belum banyak yang mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan Ekoriparian. Sebuah konsep yang mungkin juga, belum lazim diterapkan di Tanah Air. Bila pun ada, itu pun bisa dikatakan masih berada di beberapa tempat saja. Tapi PT Pertamina Hulu Rokan bersama dengan Universitas Muhammadiyah Riau serta Universitas Lancang Kuning, membuktikan hal ini bisa diterapkan di Riau.

Secara epistomilogis, ekoriparian bisa bermakna pemanfaatan sempadan sungai sebagai tempat edukasi masyarakat dalam hal lingkungan, dengan membangun beberapa fasilitas tanpa mengganggu ekosistem yang ada.

Lalu bagaimana ide bisa tercetus? Menurut Priawansyah, selaku Analyst Social Performance PHR, adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang pertama sekali mencetuskan ide tersebut. Khususnya untuk perusahaan yang aktivitas di lapangannya bisa berdampak terhadap lingkungan sekitar. Dalam hal ini, peran serta PT PHR memang diharapkan untuk bisa mendukung dan membantu merealisasikan konsep itu.

"Kita dari PHR menerima masukan dari KLHK. Sehingga kemudian muncul sebuah gagasan untuk menerapkan ekoriparian ini di Riau. Dalam hal ini ada beberapa lokasi yang dipilih. Kemudian Kementerian LHK memutuskan untuk menerapkan sistem ini di dua kampus di Kota Pekanbaru, yakni di Universitas Muhammadiyah Riau dan Universitas Lancang Kuning," terang Priawansyah, saat mendampingi para jurnalis mengunjungi taman ekoriparian di dua kampus itu, belum lama ini.

GoRiau Suasana Taman Kehati Ekoripari
Suasana Taman Kehati Ekoriparian di Kampus Unilak.

Berdasarkan arahan dari Kementerian KLHKK tersebut, tambah Priya, demikian ia akrab disapa, PHR pun menggaet kedua kampus tersebut, untuk bersama-sama mewujudkan taman ekoriparian tersebut. Gayung pun bersambut, sehingga kedua program itu akhirnya bisa diterapkan.

Saat ini, taman ekoriparian telah berdiri di Kampus Umri yang berada di Jalan Tuanku Tambusai ujung, berbatasan dengan salah satu pusat perbelanjaan besar di Kota Bertuah. Begitu memasuki gerbang kampus, masyarakat mahasiswa akan langsung disuguhi dengan taman yang ditata dengan baik, lengkap dengan fasilitas kafe serta tempat jajanan hasil UMKM.

Di pojok kiri dari lahan seluas 8.000 meter persegi tersebut, akan tampak tiga kolam yang saling berhubungan. Itulah fasilitas instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) yang merupakan bagian penting dari taman ekoriparian di kampus itu.

Seperti dituturkan Dekan FMIPA Umri yang juga pengelola fasilitas IPAL tersebut, Dr Prasetya, kinerja fasilitas itu awalnya menampung air yang mengalir melalui selokan yang mengalir di depan areal kampus.

"Air yang kita tampung di kolam penampungan ini berasal dari pemukiman masyarakat serta pusat perbelanjaan yang ada di sekitar sini. Karena ini adalah air buangan, maka kadar limbah yang ada bisa dikatakan cukup berat sehingga bisa berdampak terhadap lingkungan sekitar," terangnya.

Dari kolam penampungan, air kemudian dipompa ke dalam kolam kedua atau yang disebut dengan bak Intake. Bak ini merupakan proses awal untuk mengurai air limbah yang mengandung polutan. Di mana caranya juga sangat sederhana yakni dengan menggunakan arang.

Selanjutnya, air dari bak ini dialirkan lagi ke dalam kolam ketiga. Pada tahapan ini, air limbah kembali diurai dengan menggunakan bantuan media biocord. Media ini dibuat untuk merangsang muncul bakteri aerob, yang bisa mengurai polutan di dalam air. Sehingga air limbah yang awalnya keruh dan berbau, menjadi jernih dan tidak lagi mengeluarkan aroma tidak sedap.

Tidak berhenti sampai di situ, air kembali dialirkan ke kolam yang disebut Wetland. Bila dilihat sekilas, bak ini seperti ini kolam yang ditumbuhi dengan tanaman air yang sedap dipandang. Padahal, fungsinya lebih daripada sekedar penghias taman.

"Di kolam Wetland ini, air kembali disaring dengan menggunakan tanaman air, yang bisa menyerap kadar besi atau kotoran lainnya. Di kolam ini kualitas air juga ditingkatkan, sebelum digunakan untuk kepentingan lain, atau kita lepas kembali ke aliran sungai yang berada tak jauh dari kampus ini," tambah Prasetya.

Ditambahkannya, seluruh proses penguraian limbah tersebut, tidak menggunakan proses kimia. Melainkan menggunakan komponen yang memang tersedia dari alam itu sendiri. Pengelolaannya mudah dan bahan-bahan yang dibutuhkan juga gampung dicari. Dan tentu saja, program ini bisa diterapkan dengan mudah di tempat lain.

"Sesuai dengan istilahnya, ekoriparian ini berarti sempadan sungai. Dalam artian ilmiahnya menurunkan beban limbah yang ada di dalam air sebelum dilepas kembali ke aliran sungai sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga," terang Prasetya lagi.

Andalkan Tanaman Alam

Sementara itu, taman ekoriparian yang berada dalam skala lebih besar, bisa ditemukan di Kampus Universitas Lancang Kuning (Unilak) di kawasan Rumbai. Total ada lahan seluas 14 ha yang disediakan untuk menciptakan taman ekoriparian yang ditata dengan apik.

Begitu memasuki gerbang kampus, mata pengunjung akan langsung disambut dengan danau kecil yang tertata rapi. Di sepanjang pinggiran danau, tumbuh bermacam tumbuhan yang membuat suasana menjadi terasa asri.

Seperti dituturkan Wakil Dekan III Fakultas Kehutanan Unilak, Dodi Sukma, SHut, MSi, taman ekoriparian yang berada di Kampus Unilak, semua mengandalkan tanaman alam. Di mana untuk menjaring logam dan limbah jahat yang tercampur dalam air, pihaknya mengggunakan beberapa tanaman seperti rumput air, genjer dan beberapa tanaman lainnya.

"Semua murni mengandalkan alam. Secara garis besar, proses penguraian limbah di sini kita bagi tiga. Pertama, kita menyiapkan kolam yang kita isi dengan tanaman yang mampu menyerap dan mengurai limbah yang terkandung dalam air. Kolam ini yang menerima aliran air limbah yang berada di hulu, baik dari pemukiman masyarakat maupun pemukiman PHR," terangnya.

Setelah dijaring dengan bermacam tanaman, selanjutnya air dialirkan menuju kolam besar yang lebih dikenal mahasiswa dan masyarakat sekitar sebagai danau. Dari sini, air kembali dialirkan lagi ke kawasan Taman Kehati yang merupakan hutan alami. Di tempat ini, air dari danau kembali disaring berbagai tanaman yang ada, sebelum akhirnya dilepas ke aliran sungai.

"Biasanya, air yang kita lepas kondisinya sudah jauh lebih baik karena muatan limbahnya sudah jauh terurai. Semuanya mengandalkan alam, sehingga alamlah yang membersihkan dirinya sendiri," ujarnya memberi gambaran.

Kawasan Taman Kehati tersebut, masih terjaga keasliannya. Beragam tumbuhan tetap terpelihara dengan baik. Ditambahkan Dodi, dalam kawasan Taman Kehati itu masih ada 216 jenis tumbuhan endemik, 23 reptil, 6 mamalia serta 47 spesies burung.

"Ini memang sudah menjadi perhatian Unilak untuk memperhatikan taman ini. Di sini juga kita menerima pihak yang ingin melakukan penelitian, di samping sebagai taman untuk rekreasi dan wisata bagi masyarakat," terangnya lagi.

Sektor Ekonomi

Meski sangat memperhatikan kelestarian lingkungan, taman ekoriparian juga mendukung aktivitas lainnya, seperti perekonomian.

Seperti di Kampus Umri, taman tersebut juga dilengkapi dengan kafe serta sejumlah stand yang memamerkan hasil UMKM, baik dari kampus maupun masyarakat. "Karena itu, kami langsung mendukung ketika program ini ditujukan ke kampus ini," ungkap Wakil Rektor III Umri, Dr Jufrizal.

Menurutnya, konsep yang diajukan KLHK bersama PHR tersebut dirasakan sangat besar dampaknya bagi perkembangan kampus. Selain tempat menuntut ilmu, kampus juga seharusnya bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan lain yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Sedangkan di Taman Kehati Unilak, juga telah berdiri kafe tempat masyarakat menikmati suasana alam yang asri, sembari menikmati makanan atau minuman. "Bahkan omset kafe ini, bisa mencapai Rp6 juta hingga Rp7 juta per hari. Ini menandakan kawasan taman ekoriparian ini sudah mulai dikenal masyarakat," terang Priya.

Ditambahkan Dodi, saat ini masyarakat sekitar bahkan dari luar daerah, juga sudah mulai banyak memanfaatkan taman tersebut untuk berbagai aktivitas. Mulai dari pertemuan santai hingga sekedar berjalan-jalan menikmati udara segar. "Artinya, konsep ini mulai menampakkan hasilnya. Tidak saja lingkungan dan alam yang terjaga, namun masyarakat sekitar juga bisa menikmati. Semoga program ini terus berjalan dengan baik. Kita juga akan terus merancang program lain guna mendukung keberlanjutan Taman Kehati dan Ekoriparian Kampus Unilak," tutup Dodi.(***)


Sumber: Goriau